Review Novel Sastra "Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai"

Resensi Novel



Judul : Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai
Pengarang : Marah Roesli
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : Ke-48
Tahun :  2011
Tebal Buku : 364 Halaman 



Sitti Nurbaya adalah seorang anak dari saudagar kaya di Padang yang bernama Baginda Sulaiman. Ibunya telah meninggal dunia, disitulah awal penderitaan siti nurbaya. Sejak ibundanya meninggal Siti Nurbaya tinggal bersama  ayahanda tercintanya yaitu Baginda Sulaiman. Sitti Nurbaya tinggal bersebelahan dengan Samsulbahri, putra dari Sutan Mahmud Syah, seorang penghulu di kota Padang.

Sejak kecil, Sitti dan Samsulbahri berteman sangat akrab. Keduanya selalu berangkat sekolah dan pulang ke rumah  bersama-sama. Hubungan persahabatan mereka awalnya sebagai kakak beradik, saat beranjak remaja hubungan mereka berubah menjadi cinta kasih.

Singkat kata, Samsulbahri harus pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studinya ke Sekolah Dokter. Ia disekolahkan hingga ke Jakarta karena keputusan ayahnya, Sutan Mahmud, untuk memajukan anaknya dan menyadarkan seberapa pentingnya pendidikan. Namun keputusan itu di kritik oleh saudara perempuannya, Putri Rubiah.

Sementara itu, Datuk Meringgih, adalah salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta kekayaan ayah Sitti Nurbaya itu. Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan bangunan, toko-toko, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman.

Baginda Sulaiman jatuh miskin. Namun, sejauh itu, ia belum menyadari bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat perbuatan licik Datuk Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-apa, ia meminjam uang kepada orang yang sebenarnya telah menyebabkan dirinya bangkrut, yaitu Datuk Meringgih.

Bagi Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”, karena memang hal itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu, kemudian meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih pun dating menagih janji. Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia akan mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika utangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya.

Baginda Sulaiman tentu saja tidak mau putri tunggalnya menjadi korban lelaki hidung belang itu walaupun sebenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia sadar bahwa dirinya tak sanggup untuk membayar utangnya, ia pasrah saja digiring polisi dan siap menjalani hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjarakan.

Samsulbahri yang berada di Jakarta pun sangat merasa sedih ketika mendengar kekasihnya telah menikah dengan orang lain. Namun cintanya pada Sitti Nurbaya tidaklah berubah. Oleh karena itu, ketika liburan, ia pulang ke Padang, dan menyempatkan diri menengok Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya pada saat yang sama sedang menjenguk ayahnya. Tanpa sengaja, keduanya pun bertemu lalu saling menumpahkan perasaannya masing-masing.

Ditengah pertemuan mereka, tiba - tiba Datuk Meringgih datang mengolok - olok perbuatan mereka yg tidak senonoh itu. Namun, Samsulbahri berusaha membela diri. Bahkan ia mengungkapkan seluruh kelicikan Datuk Meringgih. Pertengkaran pun tak dapat dihindari. Mendengar pertengkaran itu, ayah Sitti Nurbaya keluar rumah, namun karena kondisinya yang sedang sakit, ia jatuh dari tangga hingga menemui ajalnya.

Ayah Samsulbahri yang merasa malu atas tuduhan yang ditimpakan kepada anaknya, kemudian mengusir Samsulbahri. Pemuda itu terpaksa kembali ke Jakarta. Sementara Sitti Nurbaya, sejak ayahnya meninggal merasa dirinya telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh kepada Datuk Meringgih. Sejak saat itu ia tinggal menumpang bersama salah seorang sepupunya yang bernama Alimah.

Sitti Nurbaya pun mendengar jika Samsulbahri kembali Ke Jakarta dan Sitti Nurbaya berniat untuk menyusul Samsulbahri, tetapi rencana Sitti Nurbaya diketahui oleh Datuk Meringgih. Datuk Meringgih pun memfitnah Sitti Nurbaya telah mencuri perhiasan milik suaminya itu. Sitti Nurbaya terpaksa harus kembali ke Padang. Namun Sitti Nurbaya tidak bersalah, jadi ia bebas dari tuduhan. Karena belum puas, Datuk Meringgih pun mengerahkan anak buahnya untuk meracuni Siti Nurbaya dengan makanan lemang. Sitti Nurbaya pun akhirnya meninggal dunia. Mendengar berita kematian Sitti Nurbaya, ibu Samsulbahri, Sitti Maryam, yang sedang sakit keras di kampung sebelah sangat terpukul mendengar berita itu. Karena terkejut, tiba - tiba berpulanglah ibu Samsulbahri ini.

Berita kematian Sitti Nurbaya dan ibu Samsulbahri, sampai juga ke telinga Samsulbahri. Ia merasa amat berduka, mula-mula ia mencoba bunuh diri. Beruntung, temannya, Arifin, dapat menggagalkan tindakan nekat Samsulbahri. Namun, lain lagi berita yang sampai ke Padang. Di kota ini, Samsulbahri dikabarkan telah meninggal dunia.

Sepuluh tahun berlalu. Samsulbahri kini telah menjadi serdadu kompeni dengan pangkat letnan. Ia juga sekarang lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya, ia menjadi serdadu kompeni bukan karena ia ingin mengabdi kepada kompeni, melainkan terdorong oleh rasa frustasinya mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal. Oleh karena itu, ia sempat bimbang ketika mendapat tugas harus memimpin pasukannya memadamkan pemberontakan yang terjadi di Padang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu. Ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.

Letnan Mas bertemu dengan Datuk Meringgih. Letnan Mas terluka parah terkena sabetan pedang Datuk Maringgih, sedang Datuk Maringgih meninggal dunia terkena tembakan Letnan Mas. Letnan Mas segera dibawa ke rumasakit, pada saat-saat terakhir Letnan Mas ingin dipertemukan dengan Ayahandanya yaitu Sultan Mahmud Syah untuk meminta maaf, namun sayang ajal telah terlebih dahulu menjemputnya. Jasad Letnan Mas atau Samsul Bahri pun di makamkan di samping makan Siti Nurbaya karena itu permintaan terakhir dari Letnan Mas.






Komentar